Senin, 26 Agustus 2013

Bukan Termiskin Tapi Terboros


KUNINGAN.- Menyikapi pemberitaan di koran Radar Kuningan edisi 21 Agustus 2013 tentang statemen Ketua MPC Pemuda Pancasila Kabupaten Kuningan, Harnida Darius Heryanto, SH terhadap pernyataan HT. Mamat Robby Suganda, Sos terkait kondisi Kabupaten Kuningan termiskin kedua se Jawa Barat,  disikapi Pimpinan Anak Cabang (PAC) Pemuda Pancasila Kecamatan Kuningan.

Sekretaris PAC Pemuda Pancasila Kecamatan Kuningan, Dadang Hendrayudha, mengatakan (27/8), terlepas benar tidaknya informasi mengenai kondisi Kabupaten Kuningan termiskin kedua se Jawa Barat, seharusnya komponen masyarakat Kabupaten Kuningan jangan lantas emosi dan berpikir sektoral tapi harus dijadikan instropeksi dan evaluasi. “Jikapun informasi itu benar, maka telah terjadi persoalan dalam manajemen kepemimpinan bupati sekarang,” katanya didampingi pengurus lainnya.  

Dijelaskan, temuan Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA) tahun 2011 menyebutkan, Kabupaten Kuningan masuk kedalam daftar daerah terboros tingkat nasional. Data tersebut mencantumkan 16 Pemkab/Pemkot dalam penyusunan APBD TA 2011, Belanja Pegawai  sangat tinggi. Termasuk Kabupaten Kuningan menempati urutan ke-10 yakni 71%.

Lebih mengagetkan, lanjut Dadang, rilis FITRA tahun 2012, APBD Kabupaten Kuningan untuk Belanja Pegawai mencapai 74% sehingga berada di posisi ke-2 dari 11 Pemkab/Pemkot se Indonesia. Urutan pertama adalah Kota Langsa (NAD) = 76,7%, sedangkan diposisi ketiga ditempati Kota Ambon (Maluku) = 73,4%.

Data itu sudah menjadi konsumsi publik dan tersebar luas di media massa, baik cetak maupun elektronik dan jejaring sosial di internet. Misalnya dari Ringkasan APBD 2012, DJPK yang diolah Seknas Fitra dan http ://www.jpnn.com/read/2012/04/10/123690/70-persen-APBD-untuk-Gaji-Pegawai,” katanya.

Bukan hanya itu, LKP Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI setiap tahunnya selalu memberikan predikat Wajar Dengan Pengecualian (WDP). Dengan kata lain, selama ini pengelolaan keuangan di Pemkab Kuningan selalu bermasalah. Sedangkan predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) ibarat pungguk merindukan bulan.      

Ia pun mengutip pemberitaan di koran Radar Kuningan edisi 13 Juli 2013, temuan BPK RI tahun anggaran 2012 lebih banyak ketimbang tahun sebelumnya. Jika tahun 2011 hanya sebanyak 44 temuan, pada 2012 meningkat 10 buah hingga mencapai 54 temuan. Meski LHP BPK 2012 sudah ada, namun para pihak terkait merasa ketakutan dokumen itu jadi konsumsi publik. “Mereka terikat oleh mindset lama, bahwa LHP BPK merupakan dokumen rahasia. Padahal sudah ada UU 14/2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik,” katanya.

Diingatkan Dadang, Hasil Survey Integritas Sektor Publik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tahun 2009, Kabupaten Kuningan menempati urutan ke 2 terbesar dari 15 Pemkab/Pemkot se Indonesia dengan Skor Integritas Terendah. Artinya, kabupaten yang kita bangga-banggakan dengan pembangunan infrastrukturnya, ternyata mendapat Nilai Merah,” katanya.

Dadang mengakui, konstalasi politik menjelang Pemilu Bupati dan Wakil Bupati Kuningan tanggal 15 September  2013 sudah mulai memanas. Hubungan sosial kemasyarakatan semakin sensitif bahkan saling curiga. Logika menjadi termarginalkan serta menuai ego sentris keberpihakan. “Pepatah karuhun Pemilih Cerdas Pemilu Berkualitas tidak lagi dijadikan landasan. Kenapa kita harus malu bercermin terhadap kondisi yang terjadi selama 10 tahun terakhir ini ?,” tanya dia

Oleh karenanya, PAC Pemuda Pancasila Kecamatan Kuningan mengajak warga masyarakat untuk berpartisipasi menyukseskan Pemilu Bupati dan Wakil Bupati Kuningan 15 September 2013 dengan tetap memegang teguh persatuan dan kesatuan. “Kalau masyarakat Kabupaten Kuningan ingin perubahan agar uang rakyat bisa diselamatkan dan dialokasikan untuk pembangunan ekonomi berbasis kerakyatan, maka di Pemilu Bupati dan Wakil Bupati Kuningan tanggal 15 September 2013, pilihlah pemimpin yang disiplin, bersih dan taat kepada aturan perundang-undangan,” pungkasnya. (*)